MENANGIS



     
  Menangis, adalah suatu gejala psikologis --peristiwa kejiwaan-- Setiap manusia sudah pasti pernah merasakan dan mengalami peristiwa menangis. Menangis adalah suatu anugrah yang diberikan oleh Tuhan kepada makhluk, khususnya manusia. Selain itu, menangis mempunyai manfaat yang besar kepada manusia, diantaranya; dapat membantu penglihatan, membunuh bakteri, mengeluarkan racun, dll. Bagi mereka yang sering menangis tidak melulu dikatakan sebagai seorang yang cengeng, lemah, ataupun melankolis.

     Ada banyak sebab seseorang menangis, salah satunya sebagai bentuk komunikasi; seperti tangisan yang dialami oleh seorang bayi atau anak kecil. Lalu ada pula yang menangis karena mengalami suatu masalah atau musibah; kematian, penderitaan, kehilangan harta benda. Dan tak jarang menangis karena luapan kegembiraan yang mendalam. Intinya, menangis dapat terjadi dalam kondisi dan situasi yang bermacam-macam, selama fikiran masih normal.
     
     Dorongan menangis terjadi dari dalam diri karena adanya suatu sentuhan atau getaran jiwa yang merangsang, sehingga menimbulkan tangisan. Tangis tidak dapat dibuat-buat, direkayasa, ataupun dipaksakan dari luar diri tanpa ada suatu sebab yang dapat merangsang ke dalam jiwa.
     Dalam Islam, menangis sangat dianjurkan; bukan berarti Islam menghendaki pemeluknya berjiwa lemah. Dibalik dianjurkannya menangis adalah sebagai cara untuk memperhalus jiwa-jiwa umat Islam. Semakin sering menangis --dalam hal ibadah, bertaubat, merasa berlumuran dosa--m maka akan semakin halus pula jiwanya.
     Sebagaimana Sabda Nabi yang di riwayatkan oleh Abu Daud, yang berbunyi "Wahai para manusia, menangislah kamu sekalian; jika kamu sekalian tidak bisa menangis, maka berusahalah untuk menangis!" (Riwayat Abu Dawud dari Anas, Jaammi'ul Ushul, hal. 263).
     Selanjutnya, dalam hadits yang lain berbunyi "Barang siapa berbuat dosa dan dia tertawa, maka dia akan masuk neraka sambil menangis." (Riwayat Abu Nu'am dari Ibnu Abbas, Da'watut Tammah, hal. 55).

     Lalu di dalam Taqribul Ushul, hal 219 disebutkan bahwa; "Fadholnya Allah SWT tidak diberikan melainkan kepada hati yang meratapi dosa yang sangat membutuhkan pertolongan Ilahiyah."
     Selain berlandaskan pada hadits, masalah menangis juga disinggung dalam al-Qur'an surah al-Isra ayat 109 yang berbunyi; "Dan mereka bersujud atas muka mereka sabil menangis, dan mereka bertambah khusuk." 
     Tangis yang ada hubungannya dengan Allah adalah tangis yang banyak dilakukan oleh Nabi-nabi terdahulu; mulai dari Nabi Adam sampai kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
      Jika para Nabi dan Kekasih Allah saja sering menangis, maka kita selaku umatnya harus senantiasa berusaha untuk menangis --dalam rasa berdosa, kedzaliman-- dan bersungguh-sungguh menyesali segala perbuatan yang tidak di ridhai oleh Allah.
     Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa Kanjeng Nabi Adam pernah menangis selama seratus tahun tanpa henti karena satu dosa yang telah dilakukannya; memakan buah khuldi. Lalu Sayyidina Umar pun pernah belajar untuk menangis dengan cara memukulkan punggungnya dengan rotan agar bisa menangis. Bagaimana dengan kita? seringkah kita menangis ataupun belajar untuk menangis?
     Mari kawan-kawan, kita renungkan masalah tangis ini. Berapa banyak dosa yang telah kita perbuat selama hidup ini? Sudah berapa lama kita menangisi dosa-dosa kita? Mari kita akui dengan jujur bahwa kita senantiasa melakukan perbuatan salah dan dosa, dan mari bersama-sama kita melakukan pertaubatan yang sunguh-sungguh, mohon ampun kepada Allah SWT!



Komentar

Postingan Populer