TUHAN


 Tuhan, maafkanlah jika aku berbeda; hidup tidak seperti mereka –sibuk mencarimu siang dan malam—. Aku juga tidak tahu kenapa aku tidak mempunyai keinginan yang begitu besar untuk mendapatkanmu. Bukan karena aku sombong atau malas, tapi karena aku ini lebih senang untuk berdiam diri dalam sepi dan sunyi, hening dalam nyanyian semesta. Juga aku lebih suka berbagi kebodohanku kepada mereka yang haus akan khayalan dan mimpi.

Sering kali dalam hidup ini aku melihat seseorang atau sekelompok orang yang bertengkar, berebut, dan bahkan sampai pada tahap yang paling ekstrim; saling membunuh hanya untuk mendapakanmu. Mereka begitu berambisi untuk dapat hidup bersanding denganmu. Apapun caranya akan mereka lakukan; baik dan buruk bukan lagi alasan.  

Ketika harapannya itu terealisasi, mereka menjadi pelupa. Lupa bahwa mereka sedang berada di bumi, bahwa mereka tidak akan pernah abadi. Dan jika harapan serta keinginannya itu tidak dapat terpenuhi, maka mereka akan menjadi sedih, gundah gulana, gila, bahkan ada yang sampai bunuh diri. Seperti itulah gambaran mereka; para pemujamu, Tuhan.

Sering aku berfikir, kenapa mereka bisa berbuat seperti itu. Apa jangan-jangan kau telah mencabut hati dan akal fikiran dari diri mereka, ataukah kau telah menipu mereka dengan kenikmatan yang ada padamu?. Kau membuat mereka begitu tergila-gila padamu sehingga mereka lupa pada hakikat dirinya yang sejati.

Meski begitu, tidak masalah, Tuhan. Jika kau memang berkehendak seperti itu, lakukanlah sesuka hatimu. Aku tidak akan menyalahkanmu dan aku juga tidak akan menuntutmu, Tuhan. Tapi, khusus untukku, Tuhan. Aku memohon padamu satu permohonan:  Jangan biarkan aku seperti itu; jatuh cinta padamu, apalagi sampai tergila-gila padamu. Aku yakin, aku tak akan sanggup jika harus menjalani kisah cintaku denganmu. Biarkan saja aku seperti ini; sendiri, tenggelam dalam alam yang sepi dan sunyi. Tanpamu.

Tuhan, apa kau sudah mengerti maksudku? Atau masih ada sesuatu yang mengganjal dalam dirimu yang berkaitan dengan inginku itu? Jika masih, katakanlah!, namun jika tidak ada, maka menjauhlah dariku, Tuhan.

Aku benar-benar ingin sendiri dalam alamku, aku tidak ingin menyibukan apalagi disibukkan olehmu, Tuhan. Maafkanlah aku yang berbeda ini, Tuhan. Aku yakin, menjauhkanmu dari diriku akan membuatku tenang. Dan aku juga yakin, mengabaikanmu dalam hidupku akan menjadikanku seorang pecinta sejati.

***
Jujur, Sebenarnya aku tidak ingin menyebutmu dengan sebutan “Tuhan”. Berat bagiku untuk memanggilmu dengan sebutan itu, ingin rasanya aku menghancurkanmu, membuangmu jauh ke dasar neraka yang paling bawah. Tapi aku bingung, kehidupanku disini memaksa untuk menyebutmu sebagai “Tuhan”. Kau adalah tujuan semua orang –kau dicari, dikejar, dan diimpikan.

Jika ada yang berpaling darimu maka dapat dipastikan dia akan sengsara dan menderita.  Jarang sekali orang yang berani untuk menghindar darimu. Seandainya ada, maka orang itu adalah orang yang benar-benar kuat dan tangguh. Mungkin dikehidupan ini keberanian orang itu hanya 1 banding 100.

Aku tahu, Tuhan. Tidak mungkin aku dapat mengabaikanmu dalam kehidupan ini. Semua manusia yang hidup dalam dunia ini sangat membutuhkanmu. Jika ada seorang yang mengatakan tidak membutuhkanmu, maka akan kupastikan bahwa dia berbohong, dan dia merupakan pembohong besar. Tuhan, kuharap kau tak marah padaku, karna suatu saat nanti aku pasti akan membutuhkanmu. Mungkin tidak saat ini. Dan jika sudah tiba waktunya aku membutuhkanmu, aku akan datang. Kau tenang saja, Tuhan. Tapi kau harus tahu, aku tidak akan memakai cara dan jalan seperti mereka; yang hidupnya hanya dihabiskan untuk berjuang mendapatkanmu. 

Ah, Tuhan,,, kini kau begitu sering menjelma. Kau ada dalam selembar kertas berwarna merah bergambar dua orang tokoh nasional, juga dalam wajah wanita-wanita cantik pengumbar nafsu birahi.


Komentar

Postingan Populer