CUMAK OCEHAN




Manusia tidak bisa merubah takdir. Yang dapat di lakukan oleh manusia hanyalah menerima dan rhida terhadap apa yang sudah di tetapkan Tuhan padanya, tanpa mengeluh. Kemudian bersyukur atas semua nikmat yang telah di berikan padanya; berupa nikmat di jadikan dan di pelihara oleh Tuhan.


Tak ada sedikitpun kemampuan yang ada pada manusia kecuali atas izin dan fadhol dari-Nya. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini harus senantiasa di kaji dan di pelajari; terutama diri dalam mengabdi.

Yang terpenting dalam hidup adalah bermanfaat bagi makhluk lainnya, serta dapat membawa pengaruh yang baik bagi orang lain; terutama akhlak. Ini bukan perkara mudah, karena hanya manusia-manusia yang sudah terbebas dari nafsu dan egonya saja yang mampu berjuang memperbaiki mental dan moral umat manusia. Akan tetapi, bukan berarti manusia-manusia yang belum terbebas dari nafsu dan egonya tidak bisa berjuang, bukan!

Setiap manusia yang hidup di muka bumi memikul tanggung jawab untuk menebarkan cinta kasih kepada sesama dan menyeru pada kebaikan. Bukan menebarkan kebencian dan kehancuran. Setiap agama yang ada di muka bumi ini selalu berkonsentrasi pada keseimbangan alam, juga keharmonisan hidup antar manusia. Tidak ada satupun agama yang menganjurkan kepada pemeluknya untuk membuat keonaran. kerusakan, dan kehacuran di muka bumi.

Jika sekarang banyak manusia —oknum— yang mengatas-namakan agama dalam melakukan perbuatan dan pengerusakan terhadap alam, terlebih lagi penjajahan atas hak-hak hidup manusia yang lainnya itu. Sesungguhnya mereka bukanlah manusia-manusia yang beragama; yang mengikuti ajaran dan aturan-aturan dalam agama.

Manusia yang di katakan atau di sebut beragama adalah mereka yang menyadari bahwa dirinya itu hanyalah seorang hamba—pelayan, pengabdi— Tuhan. Sadar bahwa mereka hidup di muka bumi ini sebagai wakil-wakil Tuhan yang harus menebarkan cinta kasih kepada semua makhluk tanpa pamrih.

Kesadaran seperti itu bisa muncul karena adanya dua sebab. Pertama, kesadaran yang di berikan langsung oleh Tuhan kepada hambanya yang di kehendaki. Kedua, adalah kesadaran yang muncul karena sering melakukan olah rasa, serta fikiran secara terus menerus tentang tujuan hidup dan segala hal yang terjadi dan di alami dalam hidup ini.

Dengan kesadaran seperti itu, maka tujuan penghambaan terhadap Tuhan akan tercapai dan keharmonisan hidup antar manusia akan tercipta. Tak perduli apa agama mereka, karna hakikatnya Tuhan itu Satu, Maha Esa, dan semua akan kembali pada-Nya.

***

Alah, sok tahu kau, mat! Omonganmu itu tidak ada dasar dan dalilnya. Memang kau itu siapa? Beraninya berpendapat seperti itu. “kata nyamin”. Santai min, itu hanya pendapatku saja, jika kau keberatan ya sudah, jangan kau fikirkan. Gitu aja kok repot. “Jawab mamat”.

Tidak bisa, mat! Kau harus bertanggung jawab dengan ucapanmu itu. Aku tidak terima kau bilang semua agama itu sama. Dasar kau…! Apa? “sahut mamat”.


 SELESAI.


Komentar

Postingan Populer