WASIAT KAKEK


          

  Sahdan, dahulu kala ketika Iblis masih berada di surga dan masih menjabat sebagai panglima para melaikat, ia pernah merasa bingung. Kebingungannya itu sangat dahsyat, dan karena kebingungannya itulah menjadikan ia seperti sekarang. Dilaknat!

Kisah Iblis dimulai ketika ia diminta oleh Tuhan agar tidak menyembah dan menyekutukan-Nya. Ia pun patuh dan tunduk pada-Nya. Berjuta-juta tahun lamanya ia mengabdi tanpa ada sedikit pun pembangkangan. Lalu, suatu ketika Tuhan bersabda padanya, “Hai iblis, sujudlah engkau kepada kekasih-Ku, Adam!”
Iblis terdiam, sambil mengingat perintah Tuhan yang lalu; yang mengatakan bahwa ia tidak boleh menyembah selain-Nya. Ia berkata—sambil terus memandangi wujud makhluk Kekasih Tuhan yang baru— “Tuhan! bukankah aku hanya harus sujud kepada-Mu saja? kenapa sekarang kau perintahkan aku untuk sujud pada makhluk ini?
Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Iblis—dengan raut wajah yang angkuh, Iblis enggan untuk sujud kepada Adam dan memilih diam.
***
            Yang menjadikan Iblis dilaknat oleh Tuhan adalah keraguan. Kau harus ingat itu! Ketika Tuhan memerintahkan Iblis untuk sujud kepada Adam, dia tidak langsung memenuhi perintah itu, malah ia diam dan ragu. Itulah kesalahan yang fatal.
Seperti itulah yang kakek ceritakan! Kata kakek, kau jangan sekali-kali bertindak seperti iblis. Iblis memang sombong, ia tidak sujud kepada Adam, ia merasa bahwa ia lebih istimewa dibanding adam, tapi bukan itu yang harus kau ingat dan kau garis bawahi.
Hikmah dari kesalahan Iblis yang harus kau ambil ketika engkau sedang dalam tahap pembelajaran atau sedang berguru kepada seorang guru; terlebih gurumu itu adalah orang yang arif billah, maka jangan pernah sekali-kali engkau ragu ketika engkau di perintah oleh gurumu yang arif billah itu, dan  menjaga adab lebih utama dibanding engkau menjalankan perintah.
Kewajiban mutlak seorang murid adalah patuh dan tunduk pada kehendak Gurunya. Ibarat seorang mayit, mau di apakan saja dia akan tetap diam.
“Tapi, kek! Apa semua orang yang mengajari aku bisa disebut sebagai guru? Dan, apakah aku harus patuh dan tunduk padanya?”
Tadi kan sudah kakek katakan, yang disebut guru itu adalah orang yang arif billah. Tentang orang-orang yang mengajari kamu sesuatu yang baru; entah itu pengetahuan atau pun teknologi juga bisa disebut sebagai guru, tapi bukan sebagai guru yang kakek maksud. Guru disini adalah guru yang dapat mengantarkan kamu untuk sadar kepada Tuhan dan lari kembali kepada-Nya. “Kata kakek”.
Lalu, bagaimana aku dapat menemukan guru yang seperti itu kek? “Kata ku”
Yang pasti kau harus usaha mencarinya cu, meskipun hakikatnya nanti kau yang akan ditemukan oleh gurumu. “Kata kakek”.


Komentar

Postingan Populer