SURAT CINTA


Salam sejahtera untukmu, seorang wanita yang telah membuatku terdiam dalam waktu yang cukup lama. Semoga dirimu selalu dalam curahan kasih sayang dan lindungan-Nya.


Pertama, aku ingin meminta maaf padamu karna hanya lewat lembar-lembar ini aku berani untuk berbicara—walaupun tidak secara langsung. Mungkin  bagimu ini terlihat sangat aneh—karna pada zaman yang sudah modern ini aku masih saja menggunakan sebuah surat. Jujur, ingin sekali rasanya aku  mengutarakan dan berbicara langsung padamu, tapi aku takut, aku belum cukup memiliki keberanian untuk itu.

Sebelumnya aku tak pernah seperti  ini, dan aku pun tak tahu kenapa bisa menjadi seperti ini. Mungkin sebab dari semua hal adalah engkau, karena hanya engkaulah yang mampu membuatku seperti ini, Kau adalah wanita istimewa; yang begitu indah yang tak dapat aku dustakan. Hingga akhirnya aku hanya mampu menuliskan sebuah cerita tentang perasaan seorang pemuja yang kesepian.

Kedua, sudah sewajarnya jika ada seorang laki-laki mengagumi keindahan seorang wanita; karna dalam dirinya terdapat bayangan Tuhan yang paling indah. Dan tahukah kau bahwa Ibnu Arabi pernah berkata: “Bayangan Tuhan yang paling sempurna itu dapat dinikmati oleh mereka yang merenungkan-Nya dalam seorang wanita”.

Menurutku memang benar apa yang telah diucapkan oleh Ibnu Arabi dan aku sependapat dengan kata-kata itu. Ketika aku melihatmu, aku merasa bahwa keindahan-Nya benar-benar terhampar jelas dan nyata adanya di depanku. Juga ketika melihatmu tersenyum, aku merasa bahwa seluruh dahaga ini hilang seketika lalu muncul perasaan bahagia yang tak terkira. Dan ketika aku berhadapan denganmu, ah, aku menjadi lemah—seluruh tubuh ini tak mampu lagi untuk bergerak, seakan melebur menjadi satu.

Ketiga, ketahuilah olehmu bahwa aku hanyalah seorang laki-laki kelana yang sedang dilanda gemuruh cinta yang maha dahsyat, kekuatannya mampu menggoyahkan hati dan menghilangkan akal fikiran. Aku terseret dalam pusaran rindu yang menggebu. Aku mabuk dalam tajalli ilahi, jiwaku kosong dari hasrat-hasrat duniawi. Dan kini aku terpenjara dalam kebisuan, kebebasan pun telah aku tanggalkan.

Akhirnya aku hanya sendiri; dalam sepi dan sunyi, diantara  jutaan makhluk ilahi. Kau tenang saja, aku tidak akan bersedih hati –karna aku tahu bahwa aku tidak pernah dan tidak akan benar-benar sendiri dalam alam ini. Aku sangat yakin bahwa sebuah cahaya akan datang menghampri disaat aku berani untuk diam dalam kesunyian, dan aku juga yakin bahwa aku akan masuk dalam taman cinta-Nya yang indah.

Keempat, semoga Tuhan merestui apa yang telah aku sampaikan padamu. Dan semoga keindahan yang ada itu tetap terjaga—dari dirimu sendiri, diriku, dan orang-orang lain yang ada dalam alam ini. SEKIAN.



Komentar

Postingan Populer